Sumpah Pemuda dan Kesolidan Bangsa

Tanggal 28 Oktober 88 tahun yang lalu, terdapat rekam jejak pemuda yang menorehkan makna persatuan, yang tidak hanya kebersamaan, namun juga pergerakan atau bisa disebut kesatuan dalam beraksi. Sebuah aksi yang ditandai dengan sumpah pengikraran bersama, dengan tekad mempersatukan bangsa dalam satu rasa dan asa. Sumpah yang kelak kita sebut sebagai “Sumpah Pemuda”.
Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad artinya perhatikan sejarahmu untuk hari esokmu (QS 59: 18). Hal di atas adalah nasihat yang selalu relevan untuk manusia kerjakan. Oleh sebab sejarah adalah pelajaran dan terkadang akan terulang keberadaanya walaupun berbeda zaman, maka tak ada salahnya ketika kita mengingat dan mengambil pelajaranya.
Sejarah Indonesia
Memperhatikan ruang lingkup sejarah bangsa kita Indonesia, kita akan tahu bahwa Indonesia sudah mengalami banyak gejolak. Bahkan sebelum Indonesia menjadi negara, gejolak kebangkitan tersebut seperti pada tahun 1908 (Budi Utomo didirikan), 1911 (SDI didirikan), 1912 (SDI berubah menjadi SI. Tiga Serangkai berdiri; Setiabudi, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Di Yogyakarta 18 November KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah). Pada tahun 1913 Tiga Serangkai menerbitkan syair kecaman penggagalan kebijakan penjajah yang berjudul Als ik een Nederlander was yang artinya Andaikan aku seorang Belanda, 1922 (berdirinya organisasi Mahasiswa Indonesia di Belanda; Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Sutomo, Ali Sastroamijoyo, pada tahun yang sama Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta). Pada tahun 1908 berdirinya Persatuan Islam di Bandung, 1925 (berdirinya Jong Islamieten Bond di Jakarta), 1926 ( KH Hasyim Asyari mendirikan Nahdlatul Ulama 31 Desember), 1927 ( Soekarno dan Dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia. Pada 1928 Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia di Bandung).
Lalu peran pemuda tahun 1928 (Kongres Pemuda di Jakarta yang melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober), 1931 (Sjahrir bersama Hatta mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia). Pada tahun 1935 Nahdlatul Wathan sebagai organisasi pendidikan Islam didirikan di Lombok. Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia bergabung membentuk Partai Indonesia Raya). Pada tahun 1936 Petisi Sutarjo yang menuntut Indonesia merdeka dalam waktu 10 tahun). Pada tahun 1937 Gerakan Rakyat Indonsia didirikan (24 Mei), Majlis Islam A’laa Indonesia mmayungi organisasi Islam didirikan (21 September). Pada tahun 1939 Gabungan Politik Indonesia yang memayungi organisasi nasionalis dibentuk dan mengadakan Kongres Rakyat Indonesia bertujuan membentuk parlemen Indonesia. Pada tahun 1944 pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesi (BPUPKI) dalam rangka memberi keyakinan Indonesia bahwa Jepang akhirnya mendukung kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1945 28 Mei-1 Juni sidang membentuk dasar Negara, tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI diganti oleh PPKI,  15 Agustus peristiwa Rengasdengklok yaitu kalangan pemuda mendesak kalangan tua agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus Indonesia merdeka.
Hingga setelah merdekapun pemuda Indonesia masih bergejolak mengorbankan jiwa dan pikiranya untuk perbaikan Indonesia. Terbukti dalam beberapa peristiwa besar seperti pada tanggal 10 Januari 1966 yang dikenal dengan sebutan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) sebagai salah satu dampak terjadinya G30SPKI dan kebijakan pemerintah yang pada saat itu dinilai tidak sesuai suara rakyat, pada saat itu rakyat didukung oleh kalangan organisasi pemuda diantaranya; KAMI, KAPPI, KAPI serentak melakukan aksi massa. Tak berhenti disitu saja pada tanggal 6-9 Mei 1966 KAMI (Kesatua Aksi Mahasiswa Indonesia) bekerja sama dengan Universitas Indonesia mengadakan kegiatan pencerdasan politik Simposium Kebangkitan Semangat 66 dengan mengambil tema Indonesia Negara Hukum. Selain itu pada tahun 1998 sebagai tahun reformasi yang dipelopori oleh KAMMI dan beberapa ormas yang merefleksi gerakan Islam sedang dalam masa dominator.
Subjek Sejarah: Pemuda
Jika kita mengkaji sejarah di atas, kita akan menemukan perguliran sejarah yang berbeda masa namun tetap memiliki pelopor subjek yang sama. Rekam jejak yang seperti diulang-ulang, yaitu sejarah yang menjadi hujjah bahwa subjek perubahan dan kebangkitan tak pernah luput dari peran pemuda. Bahwa pemuda adalah subjek yang selalu menyertai perubahan, menghantarkan kepada kesadaran dan kebangkitan. Tidak hanya pada Sumpah Pemuda yang secara eksplisit disertakan kata pemuda, namun dalam banyak perjuangan bangsa Indonesia yang lainpun selalu dengan subjek pemuda.
Bahkan peran pemuda ternyata bukan hanya fakta bangsa kita, namun juga tersurat dalam Al-Qur’an. Perhatikan ayat ini, Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda (fata) yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”. (QS. Al-Anbiya’:60). Lafadz fata merujuk pada usia remaja, biasanya dinisbatkan pada mereka yang berusia 16 atau 18 tahun. Jika dicari relevansinya pada zaman sekarang, nabi Ibrahim as. telah memulai bermanuver revolusi di usia SMU. Nabi Ibrahim as. di usia semuda itu sudah melakukan perubahan, mampu melakukan dialog kecerdasan tentang Ketuhanan, dan berani berpikir kritis terhadap fenomena sekitar. Bahkan di kisah kenabian lain, seperti Nabi Daud as. yang memimpin tentara thalut mengalahkan raja zhalim Jallut, lalu Nabi Musa as. mampu menjadi pelopor gerakan perubahan untuk melawan rezim tirani Fir’aun yang pada saat itu banyak menindas dan mengekang sebagian besar rakyat Mesir. Selain itu Nabi Yusuf as., dan Nabi Muhamad saw. menjadi seorang tokoh yang mampu melakukan proses perubahan dan menorehkan kisah kecerdasan berpikirnya adalah pada usia muda.
Hal yang perlu kita yakini adalah bahwa pemuda memiliki peran penting terhadap kemajuan dan perubahan bangsa. Pemuda mendapatkan tanggungjawab yang besar terhadap masa depan bangsa, sehingga pribadi pemuda adalah haruslah pribadi yang mampu berpikir melampaui zamanya, yang tidak asing ketika memilihat zaman dirasa sudah usang dalam kaca mata berpikirnya.
Momentum Pemuda
Indonesia adalah negara yang selalu disebut sebagai gemah ripah loh jinawi, negeri yang subur nan sejahtera, yang jika dilihat dari atas daratan terlihat indah hingga dinamai zamrud khatulistiwa. Entah sebuah paradoks atau benar adanya, adalah negeri ini yang ditunggu kebangkitanya dalam memimpin peradaban dunia selanjutnya. Dengan keragaman budaya yang dimilikinya, keragaman suku budaya yang hampir bisa dikatakan sebagai perwakilan keragaman bangsa di dunia. Indonesia merangkum berbagai budaya dan suku di dunia; model badui, indian, kulit putih, kulit hitam, kulit semi putih-hitam, bahkan logat bicara lembut, keras, lambat dan cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa memperbaiki Indonesia dengan tingkat kesulitannya yang kompleks berarti sedang melatih diri untuk memperbaiki kompleksitas dunia.
Belakangan ini, isu SARA sangatlah kental di Indonesia. Suhu keragaman bangsa nyaris saja memanas dan mengkhawatirkan. Entah penulis yang terlalu melebih-lebihkan ataukah benar memang demikian, hanya saja kekhawatiran tentang devide et impera  agak mulai terasa. Sebab devide et impera  adalah satu-satunya momok yang tercatat secara historis sebagai penyebab keterbelakangan suatu bangsa yang tak berkesudahan. Barangkali Indonesia perlu mengingat dan menimbang seberapa solidkah bangsa ini.

Tahun ini adalah tahun yang cukup jelas untuk melihat pagelaran perpolitikan. Pemuda sebagai subyek yang fitrahnya ilmiyah, seyogyanya memberikan solusi alternatif dalam kencangnya angin SARA Indonesia. Memberi pertimbangan profesional di sela-sela hal yang berbau emosional serta melihat simpul-simpul dengan kaca mata obyektif, sehingga bangsa Indonesia layak menyandang usia dewasa dan terbebas dari devide et impera. Barangkali juga pemuda perlu mengkaji ulang makna solid di era 28’, 45’ dan sekarang.


Peminjam Aksara Seorang penulis, blogger, esais, dan pendidik yang berkebangsaan Indonesia

0 Response to "Sumpah Pemuda dan Kesolidan Bangsa"

Post a Comment