Resolusi Semangat Indonesia
Tahun 2014 disebut sebagai
tahun politik, sudah menjadi bahasa pasaran yang kerap diperbincangkan. Tahun
ini merupakan tahun pemilu periode ke-4 pada masa reformasi. Sebagai tahun yang
cukup istimewa, karena menjadi cerminan berlangsungnya kepemimpinan lima tahun
kedepan. Dan yang terlihat adalah semakin canggihnya kampanye yang tidak hanya
menggunakan retorika sosial, pencitraan, namun juga tebar pesona, bombardir
rayuan hingga bujukan.
Namun bagaimanapun proses
kampanye dan pemilunya, masyarakat tentunya menginginkan hasil pemilu yang
sesuai dengan azas jujur dan adil. Tidak ada satupun masyarakat tentunya yang
rela jika pilihan yang sudah ia pilih, namun tak tercatat secara utuh bahwa
sudah dipilih alias terjadi ketidakcocokan antara penghitungan suara tingkat
awal ke-tingkat selanjutnya.
Setelah pileg berlangsung
secara serentak dan bagi Lampung bersamaan dengan pilgub sekaligus. Pengkajian
relasi politik dan koalisi sudah mulai dilakukan masing-masing partai politik.
Para parpol sudah mulai membangun basis politik dan mencari patner kerja kedepan
untuk mensukseskan program dan visi mereka. Sehingga bisa dirasakan bahwa
masa-masa tenggang antara pileg dengan pilpres adalah masa yang cukup panas dan
menegangkan, karena disaat itulah peta politik kemungkinan dapat terjadi perubahan
secara signifikan.
Parpol yang memiliki bergaining
position tinggi tentunya menjadi partai politik yang dapat melakukan relasi
dengan banyak pihak dan dalam waktu yang cepat. Besar kemungkinan akan terjadi parpol yang saling beradu dan
bermanuver memperlihatkan posisinya demi menyakinkan keapikanya. Memperlihatkan
dari segi matapilih, survei suara, kursi RI, atau sosok figuran yang ditokohkan
baik menjadi calon president atau pejabat publik yang lainya.
Semua itu akan mencapai klimaks
pada publikasi dan penetapan koalisi di masa pemilihan umum presiden yang akan
berlangsung beberapa bulan kedepan. Dongkrak-dongkrak posisi pada saat itu akan
segera mencapai puncak jika sudah terjadi koalisi secara resmi masing-masing
parpol. Dan yang mendapat perhatian publik paling besar adalah yang berpeluang
besar memiliki banyak pengaruh dalam peta politik. Hal itu bisa tergambar juga
dalam antusiasme publik terkait dengan masing-masing calon presiden dan
calon wakil presidenya.
Semangat Indonesia Era Terdahulu
Membahas sosok pemimpin, akan
terbayang raut wajah dan pola kepemimpinan NKRI yang sudah berlalu. Uniknya
adalah setiap presiden di masa jabatanya memiliki semangat dan issu yang
dihembuskan olehnya. Jika semangat itu sesuai dengan keadaan dan kontekstual
gejolak semangat publik maka semangat itu akan semakin tidak terabaikan oleh
masyarakat.
Jika kita memperhatikan
dalam ruang lingkup sejarah bangsa kita Indonesia saja, sudah mengalami banyak
gejolak. Gejolak kebangkitan tersebut seperti pada tahun 1908 (Budi Utomo
didirikan), 1911 (SDI didirikan), 1912 (SDI berubah menjadi SI. Tiga Serangkai berdiri;
Setiabudi, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Di Yogyakarta 18
November KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah). Pada tahun 1913 Tiga
Serangkai menerbitkan syair kecaman penggagalan kebijakan penjajah yang
berjudul Als ik een Nederlander was yang artinya Andaikan aku seorang
Belanda, 1922 (berdirinya organisasi Mahasiswa Indonesia di Belanda; Moh.Hatta,
Sutan Syahrir, Sutomo, Ali Sastroamijoyo, pada tahun yang sama Ki Hajar
Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta). Pada tahun 1908
berdirinya Persatuan Islam di Bandung, 1925 (berdirinya Jong Islamieten Bond di
Jakarta), 1926 ( KH Hasyim Asyari mendirikan Nahdlatul Ulama 31 Desember), 1927
( Soekarno dan Dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasional
Indonesia. Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia di Bandung),
1928 (Kongres Pemuda di Jakarta yang melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober), 1931
(Sjahrir bersama Hatta mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia). Pada tahun
1935 Nahdlatul Wathan sebagai organisasi pendidikan Islam didirikan di Lombok.
Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia bergabung membentuk Partai Indonesia
Raya). Pada tahun 1936 Petisi Sutarjo yang menuntut Indonesia merdeka dalam
waktu 10 tahun). Pada tahun 1937 Gerakan Rakyat Indonsia didirikan (24 Mei),
Majlis Islam A’laa Indonesia mmayungi organisasi Islam didirikan (21
September). Pada tahun 1939 Gabungan Politik Indonesia yang memayungi
organisasi nasionalis dibentuk dan mengadakan Kongres Rakyat Indonesia
bertujuan membentuk parlemen Indonesia. Pada tahun 1944 pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesi (BPUPKI) dalam rangka
memberi keyakinan Indonesia bahwa Jepang akhirnya mendukung kemerdekaan
Indonesia. Pada tahun 1945 28 Mei-1 Juni sidang membentuk dasar Negara, tanggal
7 Agustus 1945 BPUPKI diganti oleh PPKI,
15 Agustus peristiwa Rengasdengklok yaitu kalangan pemuda mendesak
kalangan tua agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus
Indonesia merdeka.
Hingga setelah merdekapun
pemuda Indonesia masih bergejolak mengorbankan jiwa dan pikiranya untuk
perbaikan Indonesia. Terbukti dalam beberapa peristiwa besar seperti pada
tanggal 10 Januari 1966 yang dikenal dengan sebutan Tritura (Tiga Tuntutan
Rakyat) sebagai salah satu dampak terjadinya G30SPKI dan kebijakan pemerintah
yang pada saat itu dinilai tidak sesuai suara rakyat, pada saat itu rakyat
didukung oleh kalangan organisasi pemuda diantaranya; KAMI, KAPPI, KAPI
serentak melakukan aksi massa. Tak berhenti disitu saja pada tanggal 6-9 Mei
1966 KAMI (Kesatua Aksi Mahasiswa Indonesia) bekerja sama dengan Universitas
Indonesia mengadakan kegiatan pencerdasan politik Simposium Kebangkitan
Semangat 66 dengan mengambil tema Indonesia Negara Hukum. Selain itu pada
tahun 1998 sebagai tahun reformasi yang dipelopori oleh organisasi mahasiswa.
Ideal Pemimpin Sekarang
Ada hal penting yang perlu
kita simak dari semua gejolak sejarah Indonesia di atas. Bahwa ternyata bangsa
kita memiliki potensi besar untuk bangkit setiap memiliki permasalahan yang pelik.
Kalangan muda dimasing-masing masanya sebagai pelopor aksi, dan kalangan tua
sebagai pengakomodir pendapat. Perlu juga kita menghayati bahwa bangsa kita
selalu bangkit jika memiliki semangat bangkit dalam satu momentum yang sama.
Pada era sebelum 45 Indonesia bangkit dengan semangat kebangsaan membangun
pendidikan dan membangun impian gerakan merdeka. Pada tahun 1945 Indonesia
memiliki semangat merdeka secepatnya dengan mempersiapan bangunan negara. Pada
era 66 memiliki semangat menyelamatkan Indonesia dari percobaan revolusi
G30SPKI. Pada era 98 Indonesia memiliki semangat penumpasan oknum diktatoris
pemerintah yang sangat terlihat. Pada era sekarang ini kita perlu melakukan
persatuan semangat Indonesia agar kita bisa merasakan harmoni semangat bangsa diberbagai
ranah.
Maka prediksi penulis
terhadap sosok pemimpin yang ideal untuk sekarang adalah sosok yang mampu
menyatukan gejolak semangat antara komponen-komponen pemimpinya dengan komponen
rakyatnya. Karena membicarakan rakyat kita akan bersinggungan dengan publik
mood, dimana setiap gejolak semangat publik harus dapat dibangun untuk
bergerak bersama dan optimis. Hal ini bisa dilakukan melalui pemanfaatan media
dengan membawa asupan-asupan optimisme, pemimpin terjun langsung kepada publik
guna menyentuh secara emosional, dan dialog akomodir suara rakyat secara
langsung.
0 Response to "Resolusi Semangat Indonesia "
Post a Comment